Sudah hamper lima tahun lebih, selepas aku tinggalkan Cluwuk. Dan baru Selasa kemarin,tanggal 18 Agustus 2009 Jama’ah silaturohmi buat usaha da’wah bisa kembali buat program selama lima hari. Dua hari di Mushola Al-Hidayah, RT.003, yang merupakan muhallah Wo Tasrip dan tiga hari di Masjid Nurul Huda, yang dulu merupakan muhalla saya.
Dari jama’ah yang pertama dating sampai yang sekarang ini; Jama’ah Masamba, Sulawesi; yang menjadi bahan perdebatan dan jadi alasan penduduk tempatan adalah masalah Khilafiah. Dan orang yang dari dulu pemicu pertentangan itu adalah Khusaeri; dari sejak dia belum jadi lurah hingga sekarang ini ia menjabat sebagai lurah di Desa Cluwuk ini; desa yang sebelum dia adi lurah adalah bagian dari wilayah Kecamatan Subah, tapi kini jadi bagian wilayah Kecamatan Tulis.
Dan yang menjadi pusat atau bahan pertentangan adalah saya; mereka orang kampong mengklaim sebagai pengikut Nahdliyin tulen dan saya yang disebut-sebut mereka sebagai muhammadiyah; hanya lantaran saya tidak aktif di acara Tahlilan orang mati, membaca manaqib atau berjanji atapun saya sering tidak membaca Qunut ketika shalat Shubuh. Entahlah, hanya Allah saja yang tahu akan isi hati-hati manusia. Karena kebanyakan Jama’ah yang datang juga warga Nahdliyin, adik saya juga mondok di pesantren Nahdliyin, teman-teman yang ikut usaha da’wah juga kebanyakan warga Nahdliyin….tapi setiap jama’ah yang datang ke kampung kami pasti diidentikkan dengan pribadi saya yang katanya “Muhammadiyah”. Banyak pesantren yang ikut ambil usaha da’wah ini, banyak pejabat yang insaf kembali ke jalan Allah juga ikut usaha ini…dari berbagai partai, golongan, madzab dan profesi ikut usaha da’wah ini. Lalu, siapa sebenarnya yang salah dan siapa sebenarnya yang benar? Bukankah hanya Allah dan rasul-Nya saja yang benar?....
0 comments:
Post a Comment